Dalam beberapa tahun terakhir, kecerdasan buatan (AI) generatif telah berkembang dengan pesat, membawa perubahan besar di berbagai industri, termasuk jurnalisme. Dengan semakin meluasnya penggunaan chatbot, generator gambar, audio, dan video berbasis AI, banyak organisasi berita mulai mengeksplorasi bagaimana teknologi ini dapat membantu dalam produksi berita. Namun, di tengah inovasi ini, muncul berbagai kekhawatiran dari audiens berita dan jurnalis mengenai transparansi dan kepercayaan dalam penggunaan AI generatif dalam jurnalisme.
Tingkat Kesadaran dan Kepercayaan Publik terhadap AI Generatif dalam Jurnalisme
Sebuah laporan terbaru yang didasarkan pada penelitian selama tiga tahun di tujuh negara (termasuk Australia, Amerika Serikat, Inggris, Norwegia, Swiss, Jerman, dan Prancis) mengungkap bahwa hanya 25% dari audiens berita yang yakin bahwa mereka pernah menemukan AI generatif dalam jurnalisme. Sementara itu, sekitar 50% lainnya tidak yakin atau hanya menduga bahwa mereka telah mengonsumsi berita yang dihasilkan dengan bantuan AI.
Hasil ini menimbulkan dua pertanyaan penting:
- Apakah organisasi berita kurang transparan dalam menggunakan AI generatif?
- Apakah kepercayaan antara media dan audiens semakin menurun akibat penerapan AI dalam jurnalisme?
Kurangnya transparansi dalam bagaimana berita dibuat dapat memperburuk krisis kepercayaan terhadap media. Beberapa organisasi berita mungkin menggunakan lebih sedikit atau lebih banyak sumber informasi, atau cenderung mengandalkan sumber tertentu seperti politisi atau pakar daripada masyarakat umum. Jika AI digunakan secara sembarangan, kesenjangan representasi dalam pemberitaan dapat semakin diperburuk.
Baca juga: Studi BBC: 91% Jawaban AI Chatbot Bermasalah dalam Akurasi Berita
Bagaimana AI Generatif Digunakan dalam Jurnalisme?
Laporan ini mengidentifikasi puluhan cara AI generatif dapat diterapkan dalam jurnalisme, baik untuk meningkatkan efisiensi maupun untuk menciptakan konten baru.
Secara umum, audiens berita lebih nyaman dengan penggunaan AI untuk tugas di belakang layar seperti:
- Transkripsi wawancara
- Memberikan saran topik liputan
- Mengelola metadata dan kata kunci pada konten berita
Namun, tingkat kenyamanan ini sangat bergantung pada konteks. Misalnya, meskipun AI digunakan untuk mengedit dan menciptakan konten, audiens lebih menerima penggunaannya dalam tugas dengan risiko lebih rendah, seperti memburamkan bagian tertentu dari gambar atau menambahkan kata kunci pada media.
Sebaliknya, beberapa penerapan AI dalam jurnalisme menimbulkan kekhawatiran serius, seperti:
- Pemilihan gambar terbaik oleh AI berdasarkan kriteria yang mungkin tidak sesuai dengan standar manusia
- Pengeditan gambar yang dapat mengubah konteks berita
- Pembuatan video berita secara otomatis yang berisiko menampilkan informasi yang keliru
- Penulisan berita atau headline yang berpotensi mendistorsi makna
Kasus terbaru yang menyoroti kelemahan AI generatif dalam jurnalisme adalah ketika Apple menangguhkan fitur notifikasi berita otomatis setelah fitur tersebut secara keliru melaporkan bahwa tersangka pembunuhan di AS, Luigi Mangione, telah meninggal. Sumber berita yang dikutip adalah BBC, padahal laporan tersebut tidak pernah ada.
Peluang dan Tantangan AI Generatif dalam Jurnalisme
Dengan kemampuannya yang hampir tak terbatas, AI generatif dapat digunakan dalam hampir setiap aspek produksi berita. Seorang fotografer, misalnya, dapat memanfaatkan AI untuk:
- Memilih gambar terbaik dari sebuah acara
- Mengedit gambar agar lebih optimal
- Menambahkan metadata dan kata kunci secara otomatis
Namun, tantangan besar muncul ketika AI membuat kesalahan dalam pengenalan objek atau individu dalam gambar, yang dapat menyebabkan kesalahan identifikasi dalam keterangan foto. Selain itu, AI juga dapat mengubah kriteria “gambar baik” sesuai dengan algoritmanya, yang bisa jadi berbeda dengan persepsi manusia.
Masalah lainnya adalah potensi manipulasi gambar dan video. Bahkan perubahan sederhana seperti pencerahan atau penggelapan gambar dapat menimbulkan kontroversi jika berkaitan dengan isu politik.
Selain itu, AI sering kali digunakan untuk menulis ringkasan artikel dan membuat judul berita. Meski ini dapat membantu individu yang memiliki keterbatasan waktu, beberapa organisasi berita telah menyalahgunakan teknologi ini untuk menyalin konten dari sumber lain tanpa izin, yang menimbulkan masalah etika.
AI generatif membawa peluang besar bagi dunia jurnalisme, tetapi juga menghadirkan tantangan yang tidak bisa diabaikan. Transparansi dalam penggunaan AI, standar etika yang jelas, dan pengawasan manusia yang ketat sangat penting untuk memastikan AI tidak merusak kepercayaan publik terhadap media.
Sebagai pembaca dan konsumen berita, penting bagi kita untuk memahami bagaimana teknologi ini bekerja dan bagaimana ia dapat memengaruhi cara kita mendapatkan informasi.
Untuk membaca lebih lanjut tentang bagaimana AI generatif digunakan dalam jurnalisme dan bagaimana publik meresponsnya, Anda dapat mengakses artikel aslinya di The Conversation.